Senyum
.
Kemana senyummu, Meng?
Hanya ada pandangan kesana kemari, berlari ke sudut-sudut rumah sambil mengeong, "Miauw, miauw.." yang kau tunjukkan pada kami. Belaian lembut anak-anakku di tengkuknya belum dapat menenangkannya. Juga semangkok makanan kucing berbentuk ikan belum juga mengalihkan perhatiannya.
.
Dari empat anak kucing, hanya tinggal satu ini yang bertahan tinggal di rumah kami. Kami menamainya "Si Meng". Dia terpisah dari ibunya, dari saudara-saudarinya, ketika masa Idul Fitri. Kami sekeluarga yang pergi pagi pulang malam karena berkeliling silaturahim sanak saudara yang berada di Bandung dan sekitarnya, terpaksa menyimpan Si Meng sekeluarga di luar rumah -supaya dapat tetap bermain lompat sana sini-. Ketika kami pulang saat itu, hanya tinggal Si Meng dan Si Hitam di teras. Dan keesokan harinya, Si Hitam pun tidak ada. Kabur ke sawah untuk kesekian kalinya.
.
"Miauw, miauw..", Si Meng akhirnya pasrah terduduk di pojok lemari, tempat dia dulu dilahirkan. Mungkin masih terindera aroma tubuh ibu dan saudara-saudarinya. Kami mengelus-elusnya.
.
Saat itu aku berpikir. Mungkinkah seekor kucing tersenyum? Atau hanya personifikasi dari isi pikiranku saja.
Sumber Gambar : dokpri penulis
@kelaskreatif_indonesia
#tantanganmenuliscaption
#harike2:senyum
Posting Komentar