Bismillahirrahmanirrahim
Syawal
Syawal adalah bulan ke 10 dalam kalender Islam. Menurut
akar katanya Syawal berarti naik, ringan, atau membawa (mengandung). Disebut
demikian karena dahulu, ketika bulan-bulan hijriyah masih disesuaikan dengan
musim, suhu meningkat karena berada pada musim panas seperti halnya Ramadhan.
Secara harfiyah, Syawal berarti peningkatan. Hal ini karena
segala amal ibadah maupun latihan yang dijalani selama sebulan penuh ketika
Ramadhan, hendaknya dapat dilipatgandakan kualitas dan kuantitas ( jumlah) nya
pada bulan ini. Keistimewaan bulan Syawal semakin nyata dengan anjuran bershaum
sunnah selama enam hari. Rasulullah sangat menekankan ibadah ini. Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan ramadhan karena iman dan tulus karena
Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah.” Pada bulan Syawal ini ummat
Islam secara moral dan spiritual harus mampu mempertahankan dan meningkatkan
keimanannya.
Setelah kita mengetahui tentang apa yang dimaksud Syawal,
alangkah baiknya kita melihat perjalanan diri kita. Khususnya kondisi kita
setelah menjalankan ibadah shaum dan ibadah – ibadah lain pada bulan Ramadhan.
Bagaimana keadaan kita pada bulan Syawal ini...? Apa yang harus kita
tingkatkan...?
Jangan sampai setelah Ramadhan dan memasuki bulan Syawal,
tidak jelas apa yang harus kita tingkatkan. Atau bahkan pada bulan Syawal ini
kita malah mengalami kemunduran baik dalam belajar maupun ibadah lainnya.
Mengapa dikatakan mengalami kemunduran ? Hal ini berkaitan
dengan rencana yang telah dinyatakan
oleh setan. Cara yang digunakan setan antara lain menjadikan
sesuatu yang munkar tampak baik, perbuatan maksiat menjadi hal yang disenangi.
Sebaliknya, perbuatan baik dijadikan hal yang tidak disukai. Contohnya : malas belajar,
bosan menyimak nasihat, bosan tadarus, capek mengulang pelajaran, takut tidak
punya teman, takut tidak punya uang, dll.
Setan akan senantiasa bekerja mengganggu dan menggoda
manusia, sampai tanpa terasa manusia itu akan tergelincir ke dalam kecelakaan
menjadi teman setan. Padahal ketika nanti dihisab oleh Allah di Yaumil Hisab,
setan tak akan mau bertanggung jawab atas apa yang sudah kerjakan karena kita mengikutinya.
Hal itu tercantum dalam Q.S. Ibrahim (14): 22
وَقَالَ ٱلشَّيۡطَٰنُ
لَمَّا قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ
فَأَخۡلَفۡتُكُمۡۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَٰنٍ إِلَّآ أَن
دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ لِيۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوٓاْ أَنفُسَكُمۖ
مَّآ أَنَا۠
بِمُصۡرِخِكُمۡ وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِيَّ إِنِّي كَفَرۡتُ بِمَآ
أَشۡرَكۡتُمُونِ مِن قَبۡلُۗ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ٢٢
22.
Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan:
"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan
akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak
ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu
mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi
cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun
sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan
perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih
Peristiwa pada Bulan Syawal yang terjadi pada masa Rasulullah Muhammad SAW
Menurut satu riwayat, tanggal 18 Ramadhan tahun 8H, Nabi
Muhammad SAW berangkat menuju Mekah. Kaum Muslimin berjumlah sepuluh ribu orang
( 10.000) terdiri atas : 700 orang kaum Muhajirin dengan 300 ekor kuda, 4000
orang kaum Anshar dengan 100 ekor kuda, 400 orang suku Aslam dengan 30 ekor
kuda, 800 orang suku Juhainah dengan 980 ekor kuda.
Keberangkatan Nabi SAW yang diikuti oleh kaum Muslimin
yang berjumlah lebih dari 10.000 orang itu belum diketahui oleh kaum Quraisy di
Mekah. Karena keberangkatan ini sangat dirahasiakan, sebagaimana yang
diinginkan dan dimohonkan oleh beliau kepada Allah. Karenanya, kaum musyrikin
Quraisy tidak mendengar sedikitpun bahwa beliau berangkat menuju Mekah. Keadaan
Kaum Quraisy sebenarnya masih dalam ketakutan dan kekhawatiran, karena ketika
mereka mengutus Abu Sufyan kepada Nabi untuk memperpanjang perjanjian damai
tidak sedikitpun membawa hasil .
Ketika sampai di suatu tempat yang bernama Marrad-Dahran,
beliau berhenti dan kebetulan hari sudah petang. Pada saat itu beliau
memerintahkan supaya kaum muslimin menyalakan api. Karena jumlah mereka lebih dari
sepuluh ribu orang, api yang dinyalakan pun lebih kurang sebanyak sepuluh ribu.
Dengan demikian, dari jauh, di sekeliling tempat itu terlihat sangat terang.
Dapat kita bayangkan, betapa terangnya api yang dinyalakan oleh sepuluh ribu
orang itu.
Nabi memerintahkan yang demikian itu dengan tujuan agar
diketahui oleh penduduk Mekah dan untuk menggoncangkan serta menggentarkan
seluruh kaum musyrikin bangsa Arab. Dan ternyata kedatangan Nabi dengan pasukan
yang amat besar itu sangat menggentarkan hati Abu Sufyan bin Harb sebagai
pimpinan Quraisy saat itu. Karena ketakutannya itu pulalah Abu Sufyan ingin
menyelamatkan dirinya dengan menyerahkan diri kepada Nabi dan mulai mengikut
Islam. Abu Sufyan bin Harb yang sewaktu di Mekah sangat kerasnya memusuhi Nabi
dan kaum muslimin itu, diterima kedatangannya oleh Nabi dengan penuh
keramahan. Saat itu, Abu Sufyan masih dalam keraguan mengenai kerasulan Nabi
SAW, belum percaya sepenuhnya. Namun atas nasihat Abbas bin Abdul Mutholib yang
menjamin keselamatannya selama di Medinah, maka masuk Islamlah Abu Sufyan
dengan arti kata sebenarnya dan menyerah kepada Nabi SAW.
Setelah masuk Islam di hadapan Nabi, Abu Sufyan diminta
pulang kembali ke Mekah ditemani oleh Abbas paman Nabi.
Pada saat kepulangannya ke Mekah, Abu Sufyan melihat
sendiri, betapa Nabi Muhammad mempunyai pasukan yang sangat besar dan
menggentarkan. Masing-masing pasukan dipimpin oleh seorang kepala pasukan
dengan panji-panji yang sangat megah. Betapa sangat kagumnya Abu Sufyan melihat
hal itu.
Atas saran Abbas Nabi memberi penghormatan kepada Abu
Sufyan, bahwa penduduk Quraisy yang masuk rumah Abu Sufyan akan mendapatkan
keamanan. Maka Abu Sufyan pun sangat senang atas kehormatan itu.
Menurut riwayat, Nabi dan pasukannya sampai ke Mekah pada
tanggal 30 Ramadhan. Esok harinya pada tanggal 1 Syawal Nabi dan Kaum Muslimin
menghancurkan semua berhala yang disimpan di sekitar ka’bah yang jumlahnya
sekitar 360 berhala.
Kedatangan Nabi dan pasukannya yang sangat tiba – tiba dan
menggentarkan itu telah menyebabkan kaum Musyrikin sangat ketakutan. Ketika
itulah Abu Sufyan berseru di depan masyarakat musyrikin Quraisy. Barangsiapa
yang masuk rumah Abu Sufyan aman, yang berada di sekitar ka’bah aman, yang
menutup pintu rumahnya aman. Maka masyarakat pun berduyun-duyun menuju
tempat-tempat itu karena sangat takutnya.
Kedatangan Nabi Muhammad dan pasukannya ke Mekah itu,
dalam tarikh disebut Fathul Makkah; yaitu pembebasan kota Mekah dari segala
berhala. Hari itu pada tanggal 1 Syawal adalah hari kasih sayang; Yaumal
Marhamah. Nabipun memberikan ampunan kepada seluruh kaum musyrikin Quraisy yang
dulu sangat kejam kepada Nabi dan kaum Muslimin selama mereka berada di Mekah
sebelum Hijrah. Pada tanggal 1 Syawal itu, seluruh masyarakat musyrikin Mekah
diampuni oleh Nabi dengan menjabat tangan Nabi satu per satu, kecuali 15 orang
yang tidak bisa diampuni karena sangat jahat, keras, dan munafiknya kepada Nabi
dan kaum Muslimin.
Sesudah selesai membuka kota Mekah
dengan hasil kemenangan yang amat memuaskan, dan setelah menghancurkan
tempat-tempat penyembahan berhala di sekeliling Mekah, Nabi dan para sahabatnya
berdiam di kota Mekah sambil meyelesaikan beberapa urusan dan kewajiban.
Diantara persiapan itu adalah
keberangkatan ke Hunain, karena kaum Hawazin dan beberapa kaum yang lain telah
bergabung menjadi satu kesatuan yang bersiap mengadakan perlawanan terhadap
kaum Muslimin, dan ketika itu mereka berkumpul di Hunain. Nabi menyuruh seorang
kaum Muslimin yang sangat gagah berani dan pandai menyelidiki berita rahasia
untuk menyelidiki berita
rahasia itu. Orang itu bernama Abdullah bin Abi Harad, dengan kecerdikannya ia
masuk ke barisan tentara musuh dan menjadi salah seorang pasukannya, dengan
tujuan agar mendengar dan mengetahui segala sesuatu yang akan dilakukan oleh
pihak musuh. Setelah ia mendapatkan beberapa bukti dan mencatat semua yang
diperlukan, dengan diam-diam ia meloloskan diri dan segera kembali ke Mekah. Setibanya
kembali di Mekah, ia melaporkan kepada Nabi saw tentang segala yang didengar
dan diketahuinya. Maka Nabi bersiap-sedia mengatur pasukan kaum muslimin yang
masih ada di Mekah.
Setelah pasukan kaum muslimin selesai
diatur dengan sebaik-baiknya oleh Nabi SAW, pada tanggal 6 Syawal tahun 8H,
berangkatlah beliau bersama pasukan Islam dari kota Mekah menuju ke Hunain.
Barisan berjalan kaki dan barisan berkuda berangkat dari Mekah dengan diiringi
barisan unta yang membawa perbekalan dan persenjataan yang cukup lengkap;
tiap-tiap kabilah berjalan dengan
benderanya dan masing-masing rombongan terlihat merasa bangga dan gembira
karena besarnya jumlah tentara itu.
Mulanya,
pada waktu terjadi pertempuran di Hunain itu, kaum Muslimin dalam keadaan payah
dan sulit (kalau tidak dapat dikatakan hampir saja dalam keadaan kalah),
padahal sebelum terjadi pertempuran mereka telah sombong membanggakan diri
pasti akan dapat kemenangan dan tidak akan mungkin dikalahkan oleh musuh karena
besarnya jumlah mereka. Dalam kenyataannya, jumlah yang besar itu tidak berguna
bagi mereka sedikitpun, bahkan bumi yang luas ini menjadi sempit bagi mereka,
lalu mereka berpaling melarikan diri dari pertempuran.
Sampai
kemudian Allah memberikan bantuan yang berupa sakinah ( ketentraman atau
ketenangan) atas Rasul-Nya (Nabi Muhammad SAW) dan atas orang-orang yang
beriman. Allah juga menurunkan tentara-Nya yang tidak dapat dilihat oleh kaum
Muslimin dan mengazab orang-orang kafir (QS.At-Taubah:25-27)
Pertempuran sengit di Hunain berjalan
beberapa jam lamanya.
Pertempuran berakhir pada siang hari di kaki bukit Hunain dengan kemenangan
yang didapatkan pihak kaum Muslimin.
Dengan
kata lain, seandainya Allah tidak memberikan bantuan kepada kaum Muslimin
niscaya mereka ketika itu jatuh ke dalam kekalahan yang besar.
Setelah pertempuran Hunain, Nabi saw
mengerahkan satu pasukan yang dipimpin oleh Abu Amir Al-Asy’ari ke lembah Authas yang
terletak di perkampungan kabilah Hawazin, antara Hunain dan Thaif, dengan tugas supaya
mengejar tentara musuh yang melarikan diri ke perkampungan tersebut.
Selain ke Authas, Nabi saw pun
memerintahkan pasukan kaum muslimin berangkat ke Thaif. Di sana utusan Nabi
bernama Tufail bin Amr menghancurkan berhala besar bernama Zul_Kafain. Berhala
yang dipandang sakti oleh pengikut Amr bin Hamimah itupun hancur terbakar oleh
api yang dinyalakan
oleh Tufail.
Referensi:
Kelengkapan Tarikh Muhammad, karangan
KH. Munawar Khalil jilid 2 dan 3
إرسال تعليق