Sabun Pagi

Pentigraf (Cerpen Tiga Paragraf) berjudul "Sabun Pagi", karya Lina Nuraindah
Bandung, 7 November 2021

Pagi itu, kesibukan pagi menyergapku. Masak nasi goreng untuk sarapan keluarga, mencuci piring dan gelas sisa makan semalam, menyapu rumah, dan mencuci pakaian. Si Emeng Gemes -kucing kesayangan Athan- berbaring di keset dapur, menunggu potongan ayam goreng yang terlewat untuk dihabiskan. Lelah dan berkeringat. Teringat aku bahwa sabun mandi cair habis. Bergegas kukenakan kerudung dan pakaian luar rumah.

"Siapa yang mau ikut Ibu beli sabun?", tawarku pada anak-anak yang sudah selesai sarapan dan bersantai di depan TV. Athan berseru, "Aku mau, tapi aku ingin bersepeda, Bu.". Aku mengernyitkan dahi, hmm, Athan kan jarang bersepeda karena sepeda di rumahku hanya satu dan selalu didominasi pemakaiannya oleh kakaknya. Apakah Athan bisa bersepeda dengan lancar, padahal toko kelontong lumayan jauh jaraknya? Sudahlah, ini kan masih pagi. Pasti jalanan sepi. Aku menepis kekhawatiranku.

Aku berkendara sepeda motor di belakang Athan. Sepinya jalanan pagi itu membuatku tenang. "Athan, di depan berhenti, lalu menyebrang. Tokonya di kanan jalan ya", teriakku dari sepeda motor. "Ya", jawab Athan. Di luar perkiraanku, bukannya berhenti dulu, Athan malah langsung berbelok ke kanan dengan kencang menuju toko itu. "Athan, awas!", sebuah sepeda motor yang tidak sempat kuperhatikan menyalipku. Terlambat. Aku tak kuasa bertindak apa-apa. Tanganku gemetar melihat semua terjadi di depanku, dan aku tak bisa berbuat apapun. "Ya Allah..."



8 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama